Keenan yang sempurna, Kugy yang berantakan. Dengan radar neptunus yang membuat mereka ‘konek’ — mimpi untuk menjadi diri sendiri.
Dari awal ‘Perahu Kertas’ sudah dibanjiri kebetulan antara Keenan dan Kugy, dan aku selalu cuma berkata (kadang dalam hati kadang terlahir ): ah….
Keenan pelukis berbakat yang ingin hidup dari dan untuk melukis, tapi ayahnya yang pengusaha (awalnya) tidak merestui, dan menginginkan Keenan untuk meneruskan kerajaan bisnisnya.
Kugy si gadis penghayal yang ingin menjadi penulis dongeng, terpaksa mula-mula harus mau berkompromi dengan dunia ‘normal’ di mata orang kebanyakan, kuliah, bekerja.
Keenan dan Kugy bertemu dan saling melengkapi. Saling jatuh cinta tapi tidak berani bicara, lalu waktu dan peristiwa mengacak-acak hati dan mimpi mereka, termasuk kehadiran pecinta-pecinta lain, Remi dan Luhde.
Sungguh aku maklum sekali, aku menebak (dan kebetulan benar) bahwa Keenan dan Kugy akan bersama di akhir cerita. aku tidak keberatan dengan akhir yang tertebak, yang penting bagaimana jalan menuju akhir itu, asik atau tidak. Ternyata Dee membuatnya lumayan asik, membacanya seperti ikut terombang-ambing di atas perahu kertas yang dihanyutkan Kugy di parit belakang rumah, sampai ke lautan.
0 komentar:
Posting Komentar